Rabu, 30 September 2009

Hilangnya Islam di Buku-Buku Pelajaran Sekolah Brazil

Sumber: http://www.eramuslim.com

Ketika Munir Hamdan tumbuh menjadi remaja, dirinya mulai haus akan informasi yang lebih banyak tentang Islam, dan dia memutuskan untuk menggunakan sumber pengetahuan yang jelas yaitu lewat sekolahnya.

Namun remaja Brazil ini harus kecewa karena hampir tidak ada informasi tentang Islam di sekolahnya.

"Sejak aku berumur lima tahun, ayahku telah berusaha mengajarkan aku segala sesuatu tentang Islam dan kebudayaannya," kata Hamdan (13 tahun) kepada IOL.

"Namun ketika aku pergi ke sekolah, aku baru menyadari bahwa semua apa yang aku pelajari di rumah ternyata hal tersebut tidak penting bagi pendidikan di Brazil."

Hamdan hanya menemukan dua bab tentang agama di buku-buku untuk anak-anak sekolah dasar dan menengah.

"Ada tiga halaman tentang semua agama dan yang lainnya membicarakan tentang perang di Timur Tengah, tapi rincian semuanya itu tidak terlalu penting."

Hamdan merupakan salah satu contoh generasi muda Muslim Brazil yang harus kecewa karena kekurangan informasi tentang agama mereka sendiri yaitu Islam dari lembaga-lembaga pendidikan negeri di Brazil.
Menurut sensus tahun 2001, ada sekitar 27.239 umat Islam di Brazil. Namun, federasi Islam Brazil menyebutkan besaran angka sekitar setengah juta umat Islam yang ada di sana.

Mayoritas umat Islam Brazil merupakan imigran keturunan Suriah, Palestina dan Libanon yang menetap di Brazil pada abad 19 selama perang dunia I dan pada era tahun 1970-an.

Tammer Jalil, dari Asosiasi Muslim Arab di kota Curitiba, mengatakan tidak adanya sekolah-sekolah Islam di negara ini juga menjadi kontribusi masalah bagi umat Islam Brazil.

Para orang tua Muslim dipaksa untuk mendaftarkan anak-anak mereka di sekolah umum atau sekolah swasta, di mana mereka menemukan diri mereka terjebak dalam bentrokan kebudayaan dan agama, ia menambahkan.

Para pemimpin Muslim mencatat bahwa kurangnya informasi tentang Islam di sekolah membuat keluarga Muslim Brazil mengerahkan segala daya upaya untuk mendidik nilai-nilai Islam untuk anak-anak mereka di rumah.

"Jika lingkungan Islam terwujud di rumah, kemungkinan penyimpangan dari pendidikan anak akan menurun," katanya kepada IOL.

Najla Hussein Tawfik, seorang ibu dari tiga orang yang datang dari Lebanon dengan suaminya sejak 20 tahun yang lalu, merupakan salah satu contoh hidup.

Dia mengatakan bahwa dirinya harus berjuang untuk memberikan informasi kepada anak-anaknya tentang agama mereka tanpa dukungan pendidikan sekolah.
"Tentu saja rumah merupakan tempat utama untuk mengajarkan anak-anak kita tentang kehidupan dan agama Islam," katanya kepada IOL.

"Tapi ketika Anda datang ke negeri asing, segala upaya harus digunakan meskipun anda harus sadar bahwa anda tidak dapat menggunakan metode pengajaran yang sama seperti yang anda terima dahulu."

Tawfik mengatakan bahwa ia menyadari agama bukanlah subjek yang akan benar-benar dibahas di sekolah-sekolah Brazil, terutama di negara yang tren sekuler sedang muncul, diperlukan adanya ketersediaan informasi tentang setiap agama.

"Saya mengerti bahwa alasannya adalah untuk mencegah adanya perbedaan dan perdebatan," ujar ibu Muslim ini.

"Tapi setidaknya mereka bisa menawarkan lebih banyak informasi, sehingga generasi baru mendatang akan lebih mudah memahami budaya dan kebiasaan kami."(fq/iol)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar